-->

Saturday, February 27, 2016

Satu, Dua, Tiga... Hati


     Tahun baru menjadi harapan baru, menjadi kesempatan kedua untuk mengubah yang lalu. Saatnya beristirahat di awal tahun baru, mari bersyukur atas tahun yang hebat, lalu berdoa pernuh kebaikan untuk esok yang lebih memikat. Tapi hujan turun di awal tahun baru, menjadi sebuah rejeki baru. Kecuali untuk sebagian orang yang selalu mencaci rejeki, layak orang tak bereligi, tak punya iman dan hati.

     Putusnya tali mungkin takkan menjadi lurus kembali, selalu ada gumpalan sebagai tanda sebuah masalah yang pernah dihadapi. Memang awalnya tali ini terbuat dari bahan yang berbeda sekali, berbeda dengan yang lain, tali ini terlalu dipaksa untuk disatukan. Setelah menyatu, mencoba beradaptasi, melawan takdir ilahi, hingga kini, sudah tak bersama kembali. Bukan karena berbeda, tapi karena ikatan yang disimpulkan tidak terlalu kuat. Ujung tali ini sekarang menghadap senja, merupakann perpaduan mesra perpisahan dengan keindahan. Tawa yang menyedihkan, haru yang membahagiakan.

     Bukan berniat mencari yang lain, tapi hanya ingin sendiri. Bukan tak bisa melupakan, tapi ia memang sudah dilupakan. Kali ini belum makan jauh lebih terpuji daripada kali ini belom mengizinkan dia pergi. Tapi tak ku sangka, ‘melupakan’ merupakan kegiatan yang mudah, entah kenapa.Tak kusangka, ada tali lain yang mengajak membuat simpul baru, tapi aku mencoba melepas dengan halus. Tak kusangka lagi, aku jatuh hati lagi... di dua hati. Tapi masih berprinsip, masih ingin sendiri.

     Malam selalu menimbulkan pertanyaan, terutama tentang dua insan manusia dan cinta. Dari dua hati, menjadi tiga hati. Entah ini masalah perasaan atau nafsu, tapi sungguh aku tak tahu. Kali ini kalian perlu tahu cinta berjumlah satu. Dihatinya aku, menetap hingga terhentinya waktu. Yang semoga nantinya aku bisa menemanimu di setiap kala, hadir di perayaan patah hatimu sebagai menu utama. Rendahkan dirimu agar tetap membumi, agar tak menjadi langit. Sebab hatimu tak mau menjadi sesuatu yang sulit aku gapai.

     Singgah hanya selalu menimbulan sesak di perasaan, bila rindu-rindu hanya semu dituntaskan. Bila singgah hanya menambah kehilangan, mungkin kita harus mulai menetap di satu perasaan. Bukanlah kegagalan bila rencanamu tak sesuai kenyataan. Ambil manisnya, kau jadi lebih punya waktu untuk menyusun cinta kembali. Tapi untuk kamu, ‘hati’ dari ketiga hati yang lain, milikku atau tidak, kau tetap pengisi relung rinduku sekarang. Tentang perasaan, aku mungkin bisa pergi, tapi aku lebih paham cara bertahan.

Bila lelah tidurlah.
Jika belum, merindulah.

 
;
illustrator: Aziz

Terimakasih kalian sudah sampai sini, artinya kalian sudah selesai membaca tulisan ini. Jangan berdiam saja, ayo kirim komentar kalian.

6 komentar:

  1. Lebih tertarik untuk merindu, meskipun hati memang terasa tak dirindukan...

    ReplyDelete
  2. Anak-anak sekarang hobi banget yah galau.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Galau bagi saya sumber inspirasi. Tapi sayang, selalu ada dia yg menghirup inspirasi, jadi tak percaya diri, lupa diri, lalu mati tanpa hati.

      Salam kenal

      Delete
  3. i'm a boy
    with the best feeling
    wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gua terjemahin komentar lu di google translate kok gak ada artinya ya dhan?

      Delete

Any comments?

Phone:

+62 8xx xxxx xxxx (kepo kamu ya)

Address :

Jakarta,
Indonesia

Email :

slthaz15@gmail.com

About us

NeoMag is a blogging Blogger theme featuring a sleek, stylish and modern design suitable for everyone who loves to share their stuff online.