Tahun baru menjadi harapan baru, menjadi
kesempatan kedua untuk mengubah yang lalu. Saatnya beristirahat di awal tahun
baru, mari bersyukur atas tahun yang hebat, lalu berdoa pernuh kebaikan untuk
esok yang lebih memikat. Tapi hujan turun di awal tahun baru, menjadi sebuah
rejeki baru. Kecuali untuk sebagian orang yang selalu mencaci rejeki, layak
orang tak bereligi, tak punya iman dan hati.
Putusnya tali mungkin takkan menjadi lurus
kembali, selalu ada gumpalan sebagai tanda sebuah masalah yang pernah dihadapi.
Memang awalnya tali ini terbuat dari bahan yang berbeda sekali, berbeda dengan
yang lain, tali ini terlalu dipaksa untuk disatukan. Setelah menyatu, mencoba
beradaptasi, melawan takdir ilahi, hingga kini, sudah tak bersama kembali. Bukan
karena berbeda, tapi karena ikatan yang disimpulkan tidak terlalu kuat. Ujung
tali ini sekarang menghadap senja, merupakann perpaduan mesra perpisahan dengan
keindahan. Tawa yang menyedihkan, haru yang membahagiakan.
Bukan berniat mencari yang lain, tapi
hanya ingin sendiri. Bukan tak bisa melupakan, tapi ia memang sudah dilupakan. Kali
ini belum makan jauh lebih terpuji daripada kali ini belom mengizinkan dia
pergi. Tapi tak ku sangka, ‘melupakan’ merupakan kegiatan yang mudah, entah
kenapa.Tak kusangka, ada tali lain yang mengajak membuat simpul baru, tapi aku
mencoba melepas dengan halus. Tak kusangka lagi, aku jatuh hati lagi... di dua
hati. Tapi masih berprinsip, masih ingin sendiri.
Malam selalu menimbulkan pertanyaan,
terutama tentang dua insan manusia dan cinta. Dari dua hati, menjadi tiga hati.
Entah ini masalah perasaan atau nafsu, tapi sungguh aku tak tahu. Kali ini
kalian perlu tahu cinta berjumlah satu. Dihatinya aku, menetap hingga
terhentinya waktu. Yang semoga nantinya aku bisa menemanimu di setiap kala, hadir
di perayaan patah hatimu sebagai menu utama. Rendahkan dirimu agar tetap
membumi, agar tak menjadi langit. Sebab hatimu tak mau menjadi sesuatu yang
sulit aku gapai.
Singgah hanya selalu menimbulan sesak di
perasaan, bila rindu-rindu hanya semu dituntaskan. Bila singgah hanya menambah
kehilangan, mungkin kita harus mulai menetap di satu perasaan. Bukanlah
kegagalan bila rencanamu tak sesuai kenyataan. Ambil manisnya, kau jadi lebih
punya waktu untuk menyusun cinta kembali. Tapi untuk kamu, ‘hati’ dari ketiga
hati yang lain, milikku atau tidak, kau tetap pengisi relung rinduku sekarang.
Tentang perasaan, aku mungkin bisa pergi, tapi aku lebih paham cara bertahan.
Bila lelah tidurlah.
Jika belum, merindulah.
; |
illustrator: Aziz |